Sunday, November 22, 2009

Siapa Bilang Jadi Vegetarian itu Susah?

Menjadi vegetarian adalah sesuatu yang tidak pernah terlintas di benak saya sama sekali. Saya cukup sering membaca berbagai tulisan dan artikel tentang vegetarian, dan pernah pula tergoda menjajal berpuasa daging ketika mendengar Oprah Winfrey menjadi vegetarian, namun semuanya hanya sebatas mampir di otak. Berkelebat sekilas dan lenyap tanpa bekas.

Sebagai pelahap sejati ayam bakar, empal goreng, bistik, gulai otak, hamburger, dan segala jenis makanan berdaging lain, saya menjadikan daging menu utama dalam hidangan sehari-hari. Saya bahkan sanggup menyantap menu yang sama selama berhari-hari, selama racikan bumbunya pas dan sesuai dengan lidah saya, dan yang terpenting, berdaging.

Perkenalan saya yang pertama dengan makanan tanpa daging terjadi kira-kira sepuluh bulan yang lalu, ketika saya menjalin pertemanan dengan dua herbivora vegetarian. Yang satu sudah menjadi vegetarian selama tiga tahun, sedangkan satunya lagi sudah delapanbelas tahun.

Kunjungan yang cukup sering membuat saya tergoda mencicipi hidangan yang tersaji di meja makan mereka. Saya masih tidak bisa membayangkan rasanya makan tanpa daging, namun setelah dicoba, rasanya tidak seburuk yang saya duga. Ketika bepergian bersama, saya memilih menu tanpa daging untuk menghormati mereka. Ternyata, saya menikmatinya. Lewat beberapa bulan, tubuh saya pun mulai merasakan manfaatnya. Entah sugesti atau bukan, saya merasa lebih sehat dan penyakit jarang mampir.

Saya pun memutuskan untuk tidak lagi berfoya-foya menyantap daging. Dalam seminggu, saya membiasakan diri untuk berpuasa daging selama dua hari. Setelah beberapa bulan, saya mampu berpuasa daging selama empat hari. Selama itu pula tubuh saya menjadi jauh lebih segar dan tidak rentan penyakit. Perlu diketahui bahwa sejak kecil saya mudah jatuh sakit dan saya terbiasa mengonsumsi antibiotik sejak berusia dua tahun. Kebiasaan itu terbawa hingga dewasa dan menyebabkan saya bergantung dengan obat-obatan. Sejak menekuni meditasi dan mengurangi konsumsi daging, kondisi tubuh saya berangsur-angsur mengalami perubahan.

Saya yang dulu sering terkena flu, kini jarang sekali sakit. Kalaupun sakit, tidak lebih dari dua atau tiga hari. Lebih dari sekali saya mengalami gejala flu dan masuk angin yang hanya bertahan kurang dari duapuluhempat jam tanpa pengobatan apa pun. Saya yang dulu membawa dompet berisi berbagai macam obat –mulai dari jamu sampai kapsul— di dalam tas, kini mulai berani bepergian tanpa segala peralatan perang itu. Saya yang dulu ‘fakir obat’ sekarang tidak pernah lagi minum obat. Seakan-akan tubuh saya kembali menemukan kemampuan alamiahnya untuk menyembuhkan diri sendiri. Tidak hanya tubuh, hati saya pun terasa lebih lapang, karena menyantap daging hewan –pada esensinya yang sejati— sama dengan memindahkan energi yang dimiliki oleh hewan tersebut ke tubuh dan batin kita. Hewan yang diternakkan secara tidak alamiah, misalnya, biasanya mengalami stres yang ikut berpindah ke diri kita ketika kita menyantapnya.

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengeliminasi daging dari menu sehari-hari. Bukan hanya beberapa kali seminggu, melainkan setiap hari. Saya memberi penjelasan kepada anggota keluarga yang mempertanyakan keputusan tersebut. Meski awalnya terkejut, lambat laun mereka mulai terbiasa dengan gaya hidup saya yang baru.

Kekhawatiran yang tadinya saya miliki tentang apa-kata-orang ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, menjadi vegetarian memberi saya kesempatan untuk belajar berkomunikasi. Saya belajar menyampaikan dengan jujur dan apa adanya alasan saya untuk tidak mengonsumsi daging. Saya menjelaskan pilihan yang saya ambil kepada teman-teman saya. Ternyata mereka dapat menerimanya dengan baik. Setelah beberapa bulan, dua sahabat saya yang awalnya sangsi menjadi tertarik dan ikut mengurangi menyantap daging.

Kebahagiaan saya bertambah dengan menjamurnya restoran vegetarian di berbagai tempat, yang berarti, pilihan untuk menikmati makanan enak dan sehat juga semakin bertambah. Restoran-restoran lain yang mulai menyediakan menu vegetarian di samping menu biasa juga semakin membuat saya berseri-seri. Sungguh, menjadi vegetarian ternyata tidak sesulit yang saya duga.

Beberapa bulan lalu, saya membereskan kamar. Di sudut meja, saya menemukan sebuah dompet berisi berbagai macam obat. Saya terheran-heran sendiri, sejak kapan benda itu tergeletak di sana. Benda yang dulu tidak pernah saya tinggalkan barang sehari, kini telah terlupakan. Barulah saya ingat, saya pernah mengeluarkannya dari tas karena malas membawa terlalu banyak barang. Saat itu, saya merasa cukup sehat dan yakin alergi saya tidak akan kambuh, tidak akan terserang masuk angin, mual mendadak, dan sebagainya. Saya mengeluarkannya dan menaruhnya di atas meja. Sejak itu, saya tidak pernah menyentuhnya lagi.

Saya tersenyum, lantas mengosongkan isi dompet tersebut. Saya merasa seperti narapidana yang baru keluar dari penjara. Saya bebas.

Setiap hari, saat melihat makanan di piring --apa pun isinya-- hati saya bernyanyi dan bersyukur. Rasa syukur itu tidak hanya datang dari tubuh yang sehat dan dompet obat yang kosong, melainkan dari pilihan yang saya ambil dan jalani setiap hari dengan penuh kesadaran. Sayur nangka, jamur goreng, kentang masak kecap, telur balado, pepes oncom, tempe mendoan, semur tahu, perkedel kentang, dan semangkuk sayur berkuah adalah surga kecil saya sekarang.

Dulu, saya sempat khawatir untuk menyebut diri vegetarian, namun kini saya mengucapkannya dengan percaya diri. Dulu, saya memiliki berbagai kekhawatiran untuk menjalani gaya hidup tanpa daging. Kini, saya sering tersenyum dan membatin, “Tau gitu, dari dulu aja.”

Ya. Siapa bilang jadi vegetarian itu susah?

:-)

*Artikel ini dimuat di majalah Info Vegetarian edisi IV/2009.

**Gambar dipinjam dari gettyimages.com.

----

10 comments:

dela said...

hey mbak jenny..
salam kenal..
saya sebenarnya tertarik juga dengan konsep vegetarian. selain membuat tubuh sehat, juga ikut membantu menghijaukan bumi kita kan?

namun, apa daya, seperti mbak dulu saya masih sering tergoda.apalagi, saya ada penggemar fast food. tentu sulit untuk membebaskan diri dari makanan berdaging.

mungkin saya akan mencoba seperti mbak jenny dulu, puasa daging selama 2 hari seminggu, lalu 4 hari, dst. saya harap itu bisa membuat saya berubah sedikit demi sedikit.

info tentang restoran vegetarian dan sumber-sumber lainnya dunk mbak..
terima kasih.

emak farah said...

Hi..
aku juga udah sangat tertarik dalam soal menjalani gaya hidup sehat, baik dengan menjadi vegetarian, pun mencari sebanyak mungkin sayur dan bahan pangan organik.
Cuma memang, praktek di lapangan tidaklah mudah.
Kendala pertama, karena aku berkatering ria di kantor dan telah mendapatkan katering vegetarian, banyak pihak yang 'mencibir' dan berpikir bahwa pilihanku mengada ada.
Tapi like everybody said, pilihan itu ada pengorbanan.
So, ini pilihanku..
Lu pade mau apeee??? hehehe..
Semangaattt!!

Jenny Jusuf said...

Dela: saya juga penggemar berat fast food. Sebenarnya sampai sekarang pun masih, tapi pilihannya jadi terbatas BUANGET, hihihi.

Emak Farah: selamat menjalani pilihannya ya, semoga cocok dan bisa lanjut terus :-)

Anonymous said...

Hi Jenny,

Ini pertama kalinya saya drop comment, tiap kali ngedapetin ada postingan baru rasanya seneng bgt, krn ga jarang tenggorkan saya harus spt tercekik, menahan haru.
I really like your blog ^^

Oia saya juga mo minta izin untuk print n tempel testimonial kamu ini di mading IVS cabang Tanjung Duren, biar semakin banyak temen2 yg tau kalo VG justru menyehatkan ^^ Kalo boleh juga, mo tambahin foto kamu (got it from google) & pastinya Vajra. Moga diizinin. hehe..

Thanks,
Luvita
ddlc03@yahoo.com.sg

Jenny Jusuf said...

Hai Luvita,

Silakan saja kalau artikel ini mau ditempel di mading. Terima kasih sudah memberitahu, ya. :-)

Salam untuk teman2 di IVS Tanjung Duren. Mudah2an sekali waktu ada kesempatan berkunjung untuk silaturahmi dengan teman2 semua.

Bayik said...

gue pernah jadi vegetarian, sampai saat gue gak bisa lagi mengingkari bahwa "babi is created to be eaten".

Jenny Jusuf said...

Bayik: kejujuran dari hati terdalam: saya kangen banget sama babi panggang, well-done steak, bebek goreng & ayam bakar.

Anonymous said...

Hi Jenny,

Thanks! ^^
Kita di Warung Veggie
Jl. Alpukat 2 No: 7
Tanjung Duren
Jakarta Barat

Mampir2 yaa.. ^^

Warm Regards,
Luvita ^^

Oddiezz said...

dah ketularan dee n misua toh jen ?

Livia said...

Salam kenal, Jenny,
Saya sudah 1 tahun VG, memang betul hasilnya sama seperti Jenny, yaitu jarang sakit. Selama 1 tahun vg, belom pernan saya kena flu, padahal orang2 di sekeliling saya bulak balik pada flu. Hehe ..
Tapi untungnya saya ngga "kabita" sama sekali thd daging, malahan bener2 jadi ga kepingin.
Untuk teman2 yang tertarik vg, silahkan dicoba, tipsnya sama spt jenny, coba seminggu 2-4x dahulu. Lama2 malah ga mau makan daging .
Terimakasih untuk teman2 yang sudah vg, anda adalah penyelamat lingkungan hidup , penyelamat hewan, dan anda telah menghargai tubuh anda sendiri dengan mengkonsumsi makanan sehat.
Pesan saya, jangan pernah lelah mengajak teman2 kita yang non vg untuk mengurangi daging, dan jelaskan bahwa vg lebih sehat.
Banyak orang yang menyangka bahwa vg kurang gizi, pdhal salah, karena protein tempe lebih tinggi drpd daging, rumput laut mempunyai nilai gizi lebih tinggi drpd ikan.
Salam vg