Sunday, October 12, 2008

Bukan Cuma Cinta

Sunyi ini merebak. Kita berhadapan dalam hening. Perlahan, kurasakan damai yang indah ketika tatapan kita bersua.

Keindahan ini tak tertakar bahasa dan tak terjabar kata, mungkin kau merasakan hal yang sama.

Saat aku mendengarmu bicara dan mendadak yang ada hanya kita, karena suara-suara lain tak mampu meredam percakapan jiwa ini.

Saat kita saling menyimak dan kusadar, lewat kamu, aku memperoleh hadiah terindah di dunia.

Saat aku merasa bahagia sekaligus takut kehilangan, sampai akhirnya aku memilih untuk tak menggenggam, hanya mengamati.

Saat kita berdekapan dan kutemukan diriku dalam detak jantungmu; kala pelukmu mencairkan taring-taring es di hati dan aku luluh bersamanya. Jiwa kita menari, dan seketika kutahu kamu dan aku adalah satu.

Dan meski akalku tak sanggup mencerna mengapa kau terbahak tanpa alasan, mengapa kau terjungkir tanpa sebab, mengapa kau terpaku menatapiku tanpa kedip, mengapa kau mengerang seolah kesakitan, mengapa kau bergaya bak Kung Fu Master (dan malah mengingatkanku pada film anak-anak dengan tokoh panda gendut tukang makan), mengapa kau membuat ekspresi lucu dan nyaris membunuhku karena kebanyakan tertawa, entah bagaimana, aku bisa memahamimu.

Kau tahu, separuh otakku memberi sinyal untuk kabur mendapatimu bertingkah aneh, melotot, bermuka lucu, bersenandung tanpa lirik, berkumur-kumur tanpa arti. Namun jiwaku ingin mendekapmu erat karena di sana kudapati kesempurnaan yang tak butuh skenario.

Aku begitu lelah mencari Tuhan, sampai kurela menyerahkan nyawa hanya untuk bertemu denganNya barang semenit-dua. Sekadar bersua dan menyapa, memberitahuNya aku kangen Dia, meski setelah itu aku mati. Akan kuberikan semua, tanpa batas, tanpa syarat, karena jiwaku telah penat mencari.

Aku tahu Dia selalu menjawab doa. Namun tak pernah kusangka Dia punya begitu banyak rupa. Tak pernah sekali pun terbersit, barangkali sebenarnya Dia tak sejauh yang kukira. Tak pernah aku tergoda berpikir, mungkin Dia begitu nyata, hanya aku yang tak menyadarinya, karena batin ini terlalu lama terkungkung dalam cangkang.

Aku tahu Dia selalu menjawab doa. Namun yang terpampang dalam benakku adalah Dia hadir bagaikan kembang api; semarak, penuh warna, meletup gegap-gempita.

Kau tahu, seperti apa rasanya ketika Dia betul-betul menjumpaiku?

Mercon yang meledak di jempol kaki mungkin lebih pas untuk menggambarkannya, ketimbang kembang api warna-warni nan meriah.

Tak perlu banyak suara. Cukup sekali letus, dan kau tahu telah mengalaminya, lebih dari apa pun yang dapat diungkap panca indera, melampaui apa yang sanggup diterangkan logika.

Kau tahu, mati-matian aku mencari kosakata untuk merangkai pengalaman ini, dan akhirnya aku menyerah. Kalimat panjang tak lagi banyak gunanya, dan otakku sudah kehabisan energi untuk memilah kata-kata berpuisi.

Aku berhenti mencoba. Yang ingin kulakukan kini hanya merengkuhnya erat, selama aku masih diijinkan. Mereguknya sepenuh jiwa, karena aku telah lama kehausan. Kata-kata tak lagi cukup, dan barangkali memang tak perlu.

Kau tahu apa yang paling ingin kusimpan dalam celengan memoriku?

Damai tak terperi yang meringkusku saat pandangan kita bertemu. Bahagia yang memberangus saat jiwa kita bercengkerama dan hatiku tak lagi tandus. Detak jantung dan irama nafasmu saat kita berdekapan dan semuanya menjadi sakral.

Selamanya aku tak ingin melupakan tatap matamu. Karena di dalamnya aku bersua dengan Diri. Karena di dalamnya kutahu aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Karena di dalamnya kudapati Aku yang sejati. Aku yang tak cuma nama. Aku yang tak hanya statistik. Aku yang tak terperangkap identitas.

Entah pengalaman ini datang atau pergi, tergenggam atau tergelincir, nyata saat ini atau basi esok pagi, entah ia menetap atau sekadar mampir, tiga puluh menit menyibak diri bersamamu adalah momen yang ingin kuawetkan selamanya.

Karena di sana aku menemukan Tuhan.

Dan kuyakin, ini bukan cuma cinta.

Ini surga.


*Inspired by Dyad experiencesebuah momen yang akan selalu terangkul sepenuh hati.

**Untuk semua partner Dyad saya, terima kasih atas keindahan dan kegilaan yang kita bagi dalam hening, ketika kehadiran kalian menolong saya untuk menyibak lapisan demi lapisan terdalam diri. Semoga tulisan ini dapat memberi arti pada momen ajaib yang kita alami bersama, meski ia tak terukur kata. :-)

1 comment:

Anonymous said...

dan kuyakin...Tuhan tak hanya bersinggasana di Surga, tapi di hati kita, di dalam cinta, dan didalam setiap do'a kita.......

nice posting...