Itu yang saya rasakan beberapa hari ini. Entah karena PMS yang mulai menggila, entah karena banyaknya pressure (halah, pressure!) yang akhir-akhir ini rasanya tidak pernah berhenti menghantui (bo, ada apa sih dengan bahasa gue?)
Pagi ini, seorang teman menemui saya dengan pesan dari atasan:
“Nanti sore, kita semua ke rumah duka rame-rame.” (ada rekan yang ayahnya meninggal, dan malam ini diadakan ibadah penghiburan terakhir)
Oh, no. OH, NO.
Saya paling anti dengan 2 tempat itu: rumah sakit dan rumah duka.
Entah kenapa. Mungkin sebagian disebabkan ‘trauma’ yang saya alami saat Ibu tercinta sakit (dan akhirnya meninggal) karena kanker.
Mungkin sebagian karena saya memang nggak suka aja dengan ‘hawa’ kedua tempat itu -- yang selalu penuh kesedihan dan rasa takut.
Pokoknya, saya ogah ke rumah sakit, apalagi ke rumah duka.
Mendingan saya diajak ke mall, pantai, atau luar negeri, daripada harus ke 2 tempat itu! *eh, salah ya?!*
Saya mencoba bernego dengan atasan.
Mulai dari alasan ‘kemaleman’, sampai jurus paling mutakhir yang (saya sangka) ampuh: Salah Kostum!!! (hari ini saya memakai kemeja warna merah ngejreng. Cari gara-gara aja kan, ngelayat pakai kostum begituan)
Usaha saya gagal. Saya tetap harus ikut.
Dan jadilah, kami sekantor beramai-ramai ke rumah duka.
Entah sugesti atau bukan, trauma saya langsung kambuh begitu melihat ruangan yang didekor putih itu. Semua kenangan muncul ke permukaan, dan saya mencoba meredamnya begitu rupa demi tidak kelihatan ’aneh’. Tidak mudah melakukannya, apalagi saat duduk di deretan kursi untuk mengikuti kebaktian. Mengingatkan saya betapa dulu saya harus duduk di tempat serupa setiap hari, selama Ibu disemayamkan. Berjabat tangan dengan para pelayat dan berusaha tetap tegar di depan semua orang. Menabahkan diri untuk tidak menangisi kepergian beliau, padahal saya sama hancurnya dengan Ayah dan adik saya. Saya tidak menangis. Saya berhasil tersenyum pada semua orang. Saya bahkan bisa tertawa. Saya hanya menangis di kamar, saat sendirian dan semua lampu sudah dimatikan. Tidak ada yang tahu, hanya saya dan Sahabat saya.
Hari ini, ketika saya duduk di sana dengan peti jenazah hanya beberapa meter di depan saya, semua kenangan itu muncul lagi. Saya merasa tersiksa.
Selama khotbah disampaikan, saya hanya mendengarkan tanpa sekalipun memandang wajah si pembicara. Saya bergumul dengan diri saya sendiri: trauma saya, kesedihan saya, ketakutan saya.
Begitu khotbah selesai, saya meraih tas dan pulang. Saya tidak sanggup tinggal lebih lama.
Selang beberapa jam, setelah merasa nyaman di kamar sendiri, saya menyalakan komputer. Ada deadline yang harus saya selesaikan, dan ada beberapa email yang belum sempat saya baca. Saya mengconnect ke internet, dan sambil menunggu inbox Yahoo! terbuka, saya iseng masuk ke blog djeng ini.
Ada entry baru di sana. Judulnya ‘Jatuh Cinta Pada Sahabat’.
Saya membaca, terus membaca, dan tidak bisa berhenti sampai kalimat terakhir.
Saya terdiam lama. Dan menangis.
Selama beberapa menit saya tidak bisa melakukan apa-apa kecuali memelototi entry tersebut. Saya kembali ke Yahoo!, namun otak saya blank. Saya tidak tahu harus membuka email yang mana, membaca yang mana, membalas yang mana. Asli, blank. Akhirnya saya kembali ke halaman tadi, dan terus membacanya. Menikmati setiap kalimatnya, menghayati keteduhannya, dan (lagi-lagi) menangis.
Alangkah mellownya saya malam ini.
Tapi, mellow yang ini berbeda dari mellow-mellow kemarin.
Saya merasa hangat sekaligus sejuk pada saat yang sama.
‘Jatuh Cinta Pada Sahabat’ telah membuat saya jatuh cinta lagi.
Akhirnya, saya memutuskan untuk melupakan sejenak semua beban (dan deadline) yang menghimpit.
Itu bisa menunggu.
Malam ini, saya ingin bersama Sahabat tercinta.
Draw me close to You
Never let me go
I lay it all down again
To hear You say that I’m Your friend
You are my desire
No one else will do
Cause nothing else could take Your place
To feel the warmth of Your embrace
Help me find the way
Bring me back to You
You’re all I want
You’re all I’ve ever needed
You’re all I want
Help me know You are near
Makasih ya djeng Okke, buat inspirasinya... :))
Song lyrics by: Kelly Carpenter
1 comment:
aciyehhhhh.... wituwiw
eh kalo komen bgindang bikin rusak mood mellow ya?
Post a Comment