I won’t.
I know you can handle everything well. I trust you.
Hehehe... sangkain mo ngomong apah...
Nyet! Serius!
Iyaaa.
Babe, been there done that, and it hurt. Elu, Nyet, elu gak boleh sampe kayak gue. Njis, gue parno.
...
Pesan pendek itu membuat saya cengar-cengir nggak karuan. Lantas, dengan bodohnya, sukses membuat airmata saya mengalir. (Did I tell you, selain predikat ‘queen of silly things’, saya juga ratu mellow sedunia?)
Alah, di mana sedihnya, coba?
Nggak sedih. Terharu. (eh tolong ya, sedih dan terharu itu, walau sama-sama bikin cengeng, artinya teteub beda. *wink*)
Kalimat-kalimat itu adalah sepenggal konversasi *alah* antara saya dengan seorang
Sungguh, saya tidak mengira ia akan menunjukkan respon seperti itu, karena hubungan pertemanan kami selama ini, kalau boleh ngomong jujur, lebih terbangun dari asas bercanda-salingcela-salingledek. Saya ratu mellow sedunia. Dia, ratu nyolot sedunia. Kalau mellow saya sedang kumat, dia akan berkata, “Alah, elo mah cengeng!” dan saya balas mencelanya, “Dasar Gerwani!” :D Kenapa kami bisa bersahabat, itu misteri yang tidak pernah terpecahkan. (Hai, Nek, kalo lo baca entri ini!)
Anyway, balasan pesan pendek itu membuat saya tercenung.
She does care… no, she really cares… about me. And in ‘different' way.
Selama ini, saya telah
Selama ini, saya telah
Walau terkadang jengkel dengan sikap macam itu dan sering berpikir, ngelarang sih ngelarang, tapi mbok yaaa o…, saya berusaha memandang tindakan itu sebagai wujud kasih sayang yang tujuannya adalah melindungi saya dari ‘bahaya’. Menjaga agar saya tidak perlu terluka. Menyelamatkan saya sebelum terlanjur kejeblos lubang.
Semuanya baik adanya, dan sungguh, saya menghargai setiap perbuatan itu. Saya mencoba melihatnya sebagai sebuah dukungan, walau apa yang disebut dukungan itu kadang membuat saya misuh-misuh sebel. Biar bagaimanapun, setiap tindakan dan perkataan yang ngeselin itu dilakukan karena mereka sayang saya. Mereka menginginkan yang terbaik bagi saya.
Tapi, baru kali inilah, saya mendapat dukungan dalam bentuk yang sama sekali berbeda.
Dukungan yang tidak berwujud kritik, tuntutan, larangan maupun peraturan.
Dukungan yang tidak mengatakan, “Jangan macem-macem lah, gak usah yang aneh-aneh,” melainkan, “Janji, bahwa kamu tidak akan terluka.”
Dukungan yang mengatakan,”Kamu boleh melakukannya. Saya percaya kamu.”
Menyayangi dengan cara melepaskan dan mempercayai. Dan akan selalu mempercayai.
Genangan itu kembali membasahi mata saya saat membaca ulang pesan pendek tersebut.
Once again, I trust you, Big Girl. :)
Saya tersenyum.
I won’t fail you. I promise.
And thanks for being a
2 comments:
Hhh.. emang mellow gumelow, Jen ;)
It's in the blood, Jeng May. :D
*deuuwh, pembenaran*
Post a Comment