Saturday, July 19, 2008

Latest Novel from Sitta Karina: CIRCA

Baru kemarin saya dan seorang teman (yang sama-sama kelahiran delapanpuluhan) ngobrol tentang betapa advanced-nya remaja masa kini *tsaelah* dalam hal edukasi, cara berpikir, gaya hidup (eh, kalau gaya hidup bisa dibilang advanced nggak sih? Hihihi), prestasi, dan banyak lagi. Makin lama, obrolan makin mirip emak-emak kolot karena penuh dengan kalimat, “Pas jaman kita dulu, jangankan ada yang begituan…”, “Waktu kita seumuran mereka…”, “Dulu mah gak kayak sekarang…” ;-D

Anyway, novel terbaru Sitta Karina sukses bikin saya senyum-senyum sendiri, karena semua yang kami obrolkan kemarin benar-benar terefleksi di sana. Teenlit sejati, dinamis, seru, dengan penuturan yang sangat remaja, namun isi dan ‘message’-nya samasekali tidak remeh, dan membuat saya berkhayal, “seandainya pas gue sekolah dulu ada bacaan kayak gini.” ;-)

Almashira Raiz adalah seorang murid SMU yang sedang berusaha mengejar mimpinya untuk menjadi seorang dermatologis. Dalam sebuah sesi kunjungan ke pabrik kosmetik Circa, Alma bertemu seorang cowok (yang mengaku) bernama Ramya - mahasiswa gantengtapibelagu yang sedang melakukan riset di pabrik yang sama- yang merasa bisa mendapatkan semua yang diinginkannya karena ayahnya pemegang saham terbesar Circa.

Ternyata, Ramya tidak lain adalah Genta, cowok bengal sekaligus musuh bebuyutan Alde, kakak Alma. Ada sebuah peristiwa di masa lalu yang membuat Alde membenci Genta setengah mati. Ditambah dengan naluri seorang kakak laki-laki yang over-protektif terhadap adik perempuannya, Alde bertekad menjauhkan Alma dari Genta. Seharusnya semua itu tidak jadi masalah, toh Alma menyukai Sailendra, teman se-geng sekaligus sahabatnya di sekolah. Namun, perlahan-lahan rasa yang disimpan Alma untuk Sai menguap, ketika ia menjalani hari-hari sibuk di pabrik bersama Genta, cowok tengil yang gayanya sejuta dan menyimpan sebuah rahasia mengenai masa lalunya – sesuatu yang membuat Alma surprised sekaligus shocked pada saat yang nyaris bersamaan.

Ditulis dengan gaya yang ringan dan nyaman dibaca, CIRCA mengalir dengan smooth, dan (meski ending-nya sudah bisa ditebak) bikin pembaca ketagihan untuk terus membuka setiap halaman. Menurut saya, justru di sini tantangannya: dengan ending yang tidak sulit diterka, membuat pembaca tetap penasaran dan ‘terpancing’ untuk terus membaca adalah sesuatu yang tidak mudah.

*Yea, yeaaa… makanya novel saya nggak kelar-kelar. Hehehe.*

Tokoh-tokoh dalam cerita ini sangat berkarakter, meski ada beberapa scene yang menurut saya agak ‘sinetron’ (tapi nggak tau juga, ya.. mungkin aja kehidupan anak SMU sekarang memang seperti itu, saya nggak terlalu paham. Maklum, beda jaman. ;-D).

Yang agak saya sayangkan dari novel ini adalah cover-nya. Mungkin karena mata saya sudah terbiasa dimanjakan oleh ilustrasi novel-novel terdahulu Sitta yang sangat khas dan catchy. Tidak ada kesan khusus yang ditimbulkan dari cover CIRCA; sangat biasa dan ‘teenlit banget’, kecuali warna gold-nya. Mungkin karena beda penerbit? ;-)

Overall, CIRCA adalah es krim cokelat yang sangat enak dimakan saat udara panas; manis, menyegarkan, bikin ‘melek’, dan membuat kita ingin menikmatinya sampai jilatan terakhir. Sitta meramu adonannya dengan pas sehingga rasanya sedap dan bikin ketagihan, tidak terkecuali untuk ‘tante-tante’ seperti saya (kalau Genta yang anak kuliahan aja dibilang oom-oom, gimana saya ya? ;-D).

Tidak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan penulis yang sangat produktif ini, selain HEBAT. Way to go, Mbak Arie! :-)

1 comment:

Anonymous said...

hi, jenny. senang kamu sudah sempat me-review Circa, aku belum sempat meski sudah baca. sepakat denganmu, cover Circa ini kurang catchy jika dibandingkan dengan novel kak Arie sebelumnya. jadi aku agak sulit mengenali buku Kak Arie karena terlihat sama di antara teen lit lainnya.

segi isi, entah mengapa...meski pesan yang diberikan bagus dan aku bisa menangkap pesan itu, tetapi ada "sesuatu" yang kurang buatku, nggak seperti aku membaca Lukisan Hujan, Pesan Dari Bintang, atau Seluas Langit Biru. aku belum terpikir untuk membaca ulang, meski aku cukup terkesan dengan penokohan Genta.

Tapi tetap sebuah bacaan bermutu dari Kak Arie! tentu kita sepakat juga kan untuk hal itu, Jen? ;)