Hidup memang ajaib. Tidak pernah bisa ditebak. Dan betapa pun ia penuh dengan kejutan –yang terkadang persis rollercoaster dan bikin sport jantung— hidup tak pernah alpa menyisakan ruang untuk kebahagiaan. Sesederhana apa pun.
Saturday, January 31, 2009
Congrats, Marcell & Rima! :-)
Lepas
Ratusan malam kulewatkan sudah. Menyirami asa, mempertahankan harap. Demi kesempatan untuk kembali. Demi segala yang pernah kita bangun, karena seperti yang kutahu, kita sama-sama tahu, hati selalu merindu untuk bisa bersama lagi.
Kendati sesak jiwa mencoba mempertahankanmu, kini aku mampu melepasmu. Menerima semua tanpa perlu mengerti.
Terima kasih untuk semua yang pernah ada. Terima kasih telah menjadi sahabat, guru, dan pembimbing terbaik yang pernah hadir. Terima kasih untuk cinta yang telah menghangatkan dan membuatku bergelora.
Kini, ijinkanku pergi tanpa harapan untuk kembali.
-----
Tuesday, January 27, 2009
Esmosi
Friday, January 23, 2009
Utuh
Bahwa sesuatu yang patut kusyukuri telah hadir di depan mata
Nyata, teraih, ada.
Kendati mata tak lepas dari keindahanmu
Mendung yang bergayut di pelupuk terkadang membuat lupa
Bahwa logika memang tak mampu menjelaskan rasa.
Sekalipun menggapaimu semudah menjangkau ujung baju
Penat hati terkadang membuat lupa
Bahwa terbiasa mestinya tak membuat jadi terlena.
Membencimu sebesar menyayangimu
Mengutukmu sebesar membanggakanmu
Iri padamu sebesar mengagumimu
Ingin jauh darimu sebesar rindu ada di dekatmu
Muak kuberjuang mencari tahu
Lupa bahwa jawaban tak seharusnya kutemukan di luar
Karena diri ini menyimpan segala rahasia semesta
Dan semesta selalu punya cara.
Kemarin kau memintaku menyebutkan
Apa saja yang kusyukuri selama hidup di dunia
Tahukah kau, kalimatku tertinggal satu:
Terima kasih untuk bersabar sampai aku sadar
Bahwa kau memang bukan dia yang dulu kucinta.
Dan kini, melihatmu sebagaimana adanya
Mendapatimu tanpa terselubung beragam rupa
Dirimu yang utuh, dan bukan yang lain
Sungguh... syukur itu layak ada.
-----
Wednesday, January 21, 2009
Walk-In Interview
Pria rupawan pemikat hati
Persyaratan:
Berpenampilan baik
Bibit, bebet dan bobot terjamin
Usia antara 25 - 35 tahun
Berselera humor tinggi
Pandai menjawab pertanyaan orang tua
Tidak bernama belakang aneh seperti ‘Garpu’, ‘Sendok’, dan lain-lain
Tidak alergi dengan segala jenis makanan awetan siap saji
Tidak mendengkur di malam hari
Tidak berbau badan serta bau-bau lain
Kepribadian menarik lebih diutamakan
Kirimkan CV Anda beserta KTP/SIM/tanda pengenal lain, ijazah terakhir, surat keterangan berkelakuan baik, dan surat tanda sehat ke: caripacarkilat@jmail.com, selambat-lambatnya 25 Januari 2009.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi (jam kerja):
0817-SOUL-MATE
UPDATE 26 Januari 2009:
Wawancara ditutup karena sudah melampaui tenggat waktu. Hasilnya? Ada deeeh ;-P
*Hey, Jeng. Makasih buat ‘ide’nya! Maap nggak mencantumkan link secara spesifik, males nyarinya, hehehe ;-)
Friday, January 16, 2009
Kamar Mandi
“Sial.”
Pisau.
Mendadak, semua menjadi jelas. Terlalu jelas.
Teman-temannya membeku di kursi masing-masing, terlalu shock untuk mencerna apa yang terjadi. Lila nyaris memuntahkan daging rendangnya, saking kagetnya. Rida melotot. Santi bengong dengan mulut ternganga, tidak mempedulikan handuk yang jatuh ke lantai.
Pintu tersentak, membuka lebar. Menampilkan sosok beku yang terbaring di lantai, bergelimang cairan merah lengket.
Kental.
Pekat.
Amis.
“TRIAAAAA…!!!”
*****
-----
By the way, ABG sekarang masih pakai 'Yo'i' gak sih? Maklum, beda generasi. ;-)
Saturday, January 10, 2009
Yes, I Can! ;-)
“Edan!”
“Ih, nekat amat.”
“Alah, kayak berani aja lo.”
“Bahaya, tauuu.”
“Ada saudara di sana?”
“Kenapa Salatiga?”
“Nanti tinggal di mana?”
“Di sana rencananya mau kemana dan ngapain?”
Thursday, January 1, 2009
Farewell, 2008
Salah satu aktivitas favorit saya di kos-kosan tercinta adalah naik ke lantai dua selepas tengah malam, menghabiskan waktu di sana, sekadar menikmati keheningan dan udara sejuk. Kadang ditemani suara kipas dari kamar tetangga yang berdengung seperti nyamuk, atau gemersik daun yang diterpa angin.
Hembusan angin yang menerpa tubuh selalu membuat saya merasa dipeluk. Hangat, meski ia dingin. Nyaman, meski ia menggigit sampai ke tulang. Semua adalah isyarat alam yang tak pernah alpa mengingatkan bahwa Ia ada.
Saya ingin hidup. Seutuhnya.
Hal pertama yang terlintas di benak ketika saya menoleh ke belakang untuk menelusuri apa yang telah saya lalui dan alami selama setahun terakhir, dapat diwakili oleh satu kata: perpisahan.