Setelah sekian lama mendengar cerita tentang film 'The Pursuit of Happyness' dan tergiur menyaksikan akting Will Smith yang konon katanya ‘the best ever’, akhirnya saya berhasil nonton film ini. *deuuu, bangga..* :)
Pendapat saya tentang ‘The Pursuit of Happyness’?
Sejujurnya, tidak banyak. Dan saya juga memilih untuk tidak terburu-buru mencantumkannya dalam daftar film favorit di Friendster *wink*.
Alasannya?
Well.. mungkin pandangan saya tentang arti kebahagiaan sedikit berbeda. Entah benar entah salah, namun bagi saya kebahagiaan bukanlah sesuatu yang harus dikejar seperti Will Smith (atau Chris Gardner) memperjuangkannya.
Entah hidup dengan harta berlimpah atau melarat setengah mati, sehat walafiat atau terbaring di rumah sakit, bisa makan di restoran mewah atau makan nasi-kerupuk, tinggal di rumah jutaan dolar atau di penginapan sederhana yang bayarnya pakai ngutang, menikah dengan eksmud super-tampan lagi baik budi dan tidak sombong atau masih single di usia ‘kepala dua lari-lari’; menurut saya, kebahagiaan tidak ditentukan oleh itu semua.
Saya menonton film tersebut sampai habis, dan mendadak teringat pada sebaris kalimat yang dituliskan seorang teman beberapa waktu lalu. Kalimat yang sangat sederhana, namun lebih dari cukup untuk merangkum makna kebahagiaan secara utuh (dan menohok hati saya).
“Kebahagiaan tidak perlu dikejar, karena kebahagiaan timbul dari hati dan pikiran yang senantiasa bersyukur.”
Teman saya bukan ahli filsafat, seniman besar, sastrawan terkenal, pun pembuat film kondang.
Tapi bagi saya, ia telah berhasil menyampaikan arti kebahagiaan melebihi yang dapat diuraikan oleh siapa pun. :)
5 Destinasi Wisata Otentik Bali
2 months ago
4 comments:
SETOEJOEEEE BUANGGGEEETTT!!!!! I'm really glad that you speak those words out of my heart! Kaga bisa idup tuh baru bahagia saat "target" tercapai. Rugiii.. kebanyakan waktu kebuang. Life is a process, so better be happy in imperfection. Kalo gue se pengen kaya Jack Dawson di film Titanic, ga peduli keadaannya apa,I WANT TO MAKE EACH DAY COUNTS!!!!!!!!
wow gold,World Of Warcraft gold,ffxi gil,world of warcraft power leveling wow power leveling,wow gold,World of warcraft power leveling,buy wow gold,wow gold,Cheap WoW Gold,buy world of warcraft gold for cheap Cheap WoW Gold,WoW Gold,world of warcraft gold,WoW Gold,cheap wow gold,cheap wow gold,wow gold
wow gold,wow power leveling.wow power leveling,wow power leveling,world of warcraft gold,world of warcraft gold,wow gold,world of warcraft gold wow gold,wow gold,wow gold,wow gold,wow gold,wow gold,传世私服传世私服, 传奇世界私服传奇世界私服 h2o4t4yc
Salam kenal, ikutan komen ya... aku bingung baca komentar kamu.
Aku penasaran deh, memangnya kalo kamu ditempatkan di posisi seperti itu, kamu akan bersikap seperti apa? Senang banget saat ga punya uang buat beli makan ? Gembira saat anakmu Vajra ga bisa pergi ke sekolah? Bahagia luar biasa saat mengajak anakmu Vajra tidur di toilet umum?
I dont think so, pasti kamu sedih, tidak mungkin tidak karna hal tersebut manusiawi. Orang tua mana yg ga hancur hatinya saat merasa tidak mampu memberikan yg terbaik untuk anaknya?
Mungkin maksud kamu kebahagiaan itu tidak melulu dihubungkan dengan materi, nah itu benar karna ada juga orang kaya yg tidak bahagia. Tapi kan kita sedang membahas isi film ini, di mana Chris & anaknya hidup melarat yg jelas2x bukan kondisi yg membahagiakan. Is it easier to be happy if you have food to eat? At least, you have a better chance to be happy.
iya gw stuju ame bona,,mnrt gw film itu bagus bgt, apalagi itu kisah nyata. bhw hidup kita emang hrs pny `DREAM` yg hrs kita kejar. kalo kt kaga pny target dlm hidup so your life not meaningful
Post a Comment